Sabtu, 18 Mei 2013

apa jadinya kala pemimpin kita bukan dari kalangan suku jawa lagi

Bukan masalah pembelaan terkadap rasa ataupun pembelaan terhadap suatu golongan. namun sudah bukan rahasia umum lagi ketika pertibangan terhadap pemimpin negara harus ditarik dari suku jawa lagi. barbagai kejanggalan dan berbagai konspirasi sedikit menemukan bukti bahwa ungkapan tersebut memangkah banar adanya. Dapat dilihat ketika pangangkatan pemimpin pertama di negri ini.

Dua kandidat yatu Soekarno dan Muhammad Hatta. dilihat dari segi pemikiran pengembangan perekonomian secara maikro maupun makro Mohammad Hatta lebih menguasai namun dari beberapa panitia mempertimbangkan berbagai hal dan salah satunya adalah itu. begiti juga presiden-presiden selanjutnya berasal dari suku jawa. entah krena masyarakat Indonesia dipenuhi dengan orang jawa ataukan paradigma seperti itu sudah melekat dibebak mereka ketika ingin memilih pemimpin.

Dapat ditarik kepada sejarah pemimpin yang ada di arab saudi tempoe dulu. disana pada waktu itu pemilihan pemimpin memeng diharuskan dari suku terpandang, dan memiliki kedudukan lebih tinggi daripada suku-suku yang lain. Dikuatkan lagi dengan lahirnya Rasulullah juga dari bagina suku tersebut. sehingga menanamkan maindset bahwa Tuhan mengutus pemimpin dibumi pun tidak sembarangan, mengutus muhamad dengan pelantara suku Qurais demi meninggikan martabat dan kedudukannya, selain itu agar masyarakat tidak meremehkan pemimimpinya.
Nah ketika memanglah demikin, Rasulullah tidak begitu menonjolkan kesukuanya namun beliau justru mengangkat martabat kalangan bawah demi mendapatkan peran yang sama dan setara dengan yang lainnya.

Seskipun hanya sekedar konspirasi namun setidaknya masih memberikan bantuan pemikiran msyarakat luas terhadap fanatisme terhadap suku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar