Senin, 23 Januari 2012

menanti hujan reda

hujan ini membawaku hidup kembali dimasa lalu. duduk dibalik cendela menatap jatuhnya butiran air dari atas langit, sambil menunggu pulangnya sang ayah. sangat persis suasanya seperti sore ini. pertanyaan ku yang tak ber ujung entah kapan dia pulang tiada kabar mungkin sore ini setelah hujan reda atau bahkan lusa ketka hujan datang lagi dan memaksakan agar cepat reda agar ia segera menampakan tubuhnya dihadapan ku. 

"mah kapan ayah kapan pulang kok lama sekali perginya". tanya ku sambil mengharap jawaban sebenarnya dari ibu ku. "nanti, mungkin ayah menunggu hujan ini reda". 
selalu itu jawab ibuku. karena hampir setiap hujan ku selalu menayakanya. sebenarya dulu ibu suda memberitahukan kemana ayah pergi, namun setiap hujan tiba ku selalu saja mennyakan hal itu.mungkin karena dulu ku masih sangat kecil, dan dan rasa ingin tahu ku sangat tinggi.
jadi dengan enteng ibu ku selalu menjawab seperti itu agar ku cepat terdiam. 

ayah dulu pergi ketika langit mendung akan hujan deras. saat itu aku masih berumur sekitar 3 tahunan dan digendongnya untuk ikut mengantarkan kepergiannya salam terahirnya yang selalu ku ingat "ayah nanti akan kembali ketika hujan reda". Sekecil itu masih banyak yang belum aku ketahui karena akal yg belum sempurna, yang aku bisa hanya bertanya dan bertanya "ayah kapan pulang??" hanya itu yang selalu keluar dari bibir mungil ku. 

Ayah pergi kebogor karena ada panggilan kerja. pada saat itu kami belum mengenal alat komunikasi seperti saat ini, jadi setiap saat aku hanya bisa menunggu lalu melemparkan tanya kepada ibu ku dan melampiaskan rindu dengan menatap air hujan yang berjatuhan dari lagit. 

satu hari dua hari sampai seminggu hujan semakin jarang, hingga sedikit demi sedikit kebiasaan ku menatap air di cendela hilang. Itu karena teman-teman ku yang setiap kali hujan mengajak ku bermain hujan-hujanan dihalaman. dan oleh ibu ku tak dibiasakan karena tak jarang ku memangis menyakan kemana ayah? kenapa tak pulang-pulang.

Satu tahun telah terlewati, tanpa tanya lagi dan tanpa menunggu lagi, waktu itu bulan ramadhan. "nak ayo bangun sayang... sahur besok puasa lo, adek ikut puasa kan??" "adek ngantuk mah" "ayo bagun dulu ini udah mamah siapkan makanan sahur buat adek". kami berdua menyantap makan sahur, sambil memaksakan diri intuk melihat hidangan yang terpajang dimeja yang sama sekali tidak menggugah selera makan ku."sini adek mamah suapin,, aa" sambil menyodorkan sendok berisi makanna di depan mulutku", adek makan sahur setelah ini ikut jamaah mamahya".sapa ibu ku ramah "iya mah" jawab ku dengan nada lemas karena masih ngantuk. 

"mah ayah sahur sama apa ya??", "ayah kapan pulang ya?" pertanyaan itu ternyata masih saja ku ingat ibu ku menatap ku dengan mempersiapkan jawabanya agar tak lebih banyak ku menanyakanya. "besok kalo udah mendekati lebaran ayah pasati pulang." "bener kan?? bukan kalo hujannya udah reda lagi kan?" "iya nak besok ayah pulang kalo udah mau lebaran."

Bulan Ramadhan kali ini tidak ada hujan sama sekali tapi entah mengapa saat hari itu Tuhan sedang berbaik hati  menurunkan airnya dari langit, bak mengguyurkan seisi lautan ke bumi karena saking derasnya. "mamah hujan". iya adek masuk aja kerumah ii amamah mau angkat jemuran dulu". "Iya" , kembali kepada rutinitasku disaat hujan tiba, duduk didepan cendela. kali ini aku sampai ketiduan. Entak mikjizat atau kah apa ku terbangun ketika hujan reda dan melayangkna pandangan keluar jendela. "Ayaaaahhh" aku teriak dengan kuat lalu berlari menghadangnya didepan pintu. ayah ku berjalan tergopoh-gopoh sambi membawakan barang-barang bawaanya lalu menletaknya ditanah dan bersegera memeluk ku. "ayah kenapa lama sekali perginya?" iya nak disana ayak belum boleh pulang sama simbah. simbah sebutan juraganyanya ayah. "ayah jangan pergi lama lagi ya, adek kangen sekali". "iya ayah g pergi lama-lama lagi.

itu lah mengapa hujan sangat berarti bagi ku.