Jumat, 12 Agustus 2016

Tau Diri

Bayang kesempuraan itu memang sering kali mampir lewat. Berangan menjadi seniman kenamaan misalnya, akademisi handal ? atau pengusaha sukses dengan memiliki sebuah brand fashion mungki? yang diminati banyak pengunjung. produksi terus meningkat tanpa khawatir kekurang pasokan bahan. Atau memiliki sebuah kedai kuliner yang berlagak kekinian dengan akses internet cepat. Banyak relasi, mudah berkreasi, bersaing tak terbatas tanpa harus banyak berfikir a b sampai z.
Atau ngimpi hidup dirumah yang enak layaknya drama korea ketika kita pengen apapun ada. mau kemana deket, g usah pake ribet

Namur apa lah daya ketika itu semua terjawab bila ada dilingkungan yang serba ada. lain jika kamu ditempatkan dipelosok nusantara. apakah masih akan memegang idealisme menjalani hidup dengan kriteria sedemikian rupa? . ingad ini didesa dengan minim jaringan provider, apa lagi internet dengan akses kilat. pasokan barang yang apa adanya,  belum lagi ditambah transportasi yang kurang memadai karena problema jalan yang kalau hujan terputus oleh kubangan lumpur.
lantas apa yang bisa dan apa yang memang seharusnya dilakukan sekarang???


Berfikir membangun desa? "jangan ketinggian" aku mah apa atuh disana. pernah bertugas ditempatkan didesa tetangga pun masih tak berdaya. Padahal Akses dari jalan tempat tidak terlalu jauh dari pusat kota tapi yah kembali ke apalah daya tangan tak sampai. belum lagi kalau di daerah sendiri yang musti berlatih untuk anda melawan idealisme diri sendiri.
teruss musti seperti apa?
**segera bergegas lah temukan jawabanya jangan wacana dan sebelum waktu tertelan oleh masa. berangan boleh  kan akan tetapi jangn terlalu ketinggian dan yang pasti musti tau diri. Sadar dan liat sekitar.

Kembali Kedesa.
Bukankah sekarang banyak program Pemerintah yang menggadang-gadang untuk meningkatkan pembangunan kesejahteraan masyarakat desa ya? sehinggah banyak sekali anggaran yang memang di khususkan untuk percapaian rencana itu. tapi lihatlah banyak pak yang musti dibenahi. Bukan Bermaksud menyindir diri sendiri. regulasi pemerintah terkait program-program pemberdayaan pendampingan itu sudah ada sejak tahun setelah merdeka barang kali. intinya sudah sangat lama . Namun efektifkah? testimuni yang saya dapatkan sewaktu bersama seorang supir travel. ia bercerita kalau dulunya si bapak itu juga seorang penyuluh pertanian. Program dan jobdeskripsi program itu sudah tertata rapi dan disampaiakan rapi kepada masyarakat. Apabila program ini berjalan Target pencapaanyapun akan sangat memuaskan. Tapi apa yang terjadi?? manusia banyak isi kepala tak sama. sifat banyak ada yang baik ada yang bener tapi kebanyakan begal istilahnya. Meremehkan petugas, bekerja semaunya, orang baru tau apa, sudah yang penting jadilah- ada hasil keluarga makan. kelamaan harus ngikutin aturan. Selesai.

Apa yang salah?? Itu dulu, entah sekarang, mungkin sudah melalui masa peralihan hati untuk maju sudah terbuka. tapi bukti masihlah sama masih banyak desa tertinggal. entah itu karena yang difokuskan pemerintah asal desa saja ataukan memeng sama sekali belum terjamah?. masih perlu dikaji kembali.

Oke kita lanjutkan kepada pertanyaan awal dengan sedikit cerita inspiratif yang mungkin bisa membantu memberikan jawaban atas kegundahan.
salah satu Cerita Kawan yang patut ditiru. ia bukan berjalan atas tuntutan program namun  ia mendedikasikan dini dengn gelar keilmuaanya untuk lingkungannya dengan mendirikan sebuah taman baca dimulai dari rumahnya yang open untuk setiap kalangan meminjam dan membaca buku disana. ia menumbuhkan kesadaran membaca serta kini memberikan edukasi aplikatif terhadap lingkungan sekitar seperti pengelulaan sampah organik dan limbah. bermula dari ia mengumpulkan para remaja untuk bersama-sama membuat perkumpulan yang bermanfaat dan tercetuslah untuk mendirikan taman baca. lokasi memanglah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang kesadaran masyarakat untuk pendidikan itu tinggi sehingga kesadaraan baca mereka sudah tidak diragukan lagi, jadi tidak salah kalo kota ini di juluki sebagai kota pelajar.

jadi dari sini cuba renungin saja apa yang bisa dilakukan ketika kamu memang berada di suatu tempat yang seperti demikian janga hanyan melakukan perbandingan. eh enak ya kayak gini, kayak gitu, jalani yang ada semuanya sudah ada alurnya.

Dan setelah difikirkan lagi prolog perumpamaan diatas juga kurang cocok diterapkan kepada seorang yang kurang mempunyai bakat, penakut, apa lagi plinplan. apapun dimanapun pada dasarnya hanya butuh keberanian mengungkapkan apa keinginannya saja setelah itu lakukan. Hanya pandai berfikir saja tidak cukup lho, ya itu tadi seorang wacana. Seorang Profesor pun belum tentu survive dijalan sesuai tujuan pendidikanya salah satu faktor karena kurang fokus. jadi selalu fokus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar