Tidak lain dari sebuah kisah si kancil suka mencuri ketimun. cerita ini akrab kita denganrkan ketika dulu masih kecil. Dalam buku-buku dongen pun banyak menceritakan sebuah kisah antara si baik dan si buruk.
Bercerita dengan seekor kancil yang cerdik pintar serta licik akalnya.Dia sikancil sudah sangat mahir sepertinya untuk berbohong dan mengelabuhi siapa pun. di siang bolong dan di waktu berkali-kali dia berhasil mencuri timun di ladang milik pak tani, hamparan lahan yang menyediakan semua kebutuhan isi perutnya, menggiurkan untuk selalu kembali dan bagaimanapun caranya untuk dapan mengelabuhi pak tani.
Perbuatnaya tersebut amat sangat meresahkan. Kemudian di suatu waktu pak tani membuat jebakan untuknya dan ahirnya dia pun terperangkap. Dibwanya pulang sang kancil tersebut, tinggal menunggu waktu eksekusinya saja besok pagi menjadi hidangan sarapan yang lezat bagi keluarga pak tani. gelagat tersebut rupanya dimengerti oleh kancil, kemudian dia mencoba mencari akal dan membujuk si anjing peliaraan pak tani untuk melepaskanya dari kurungan. Dengan mengarang cerita serta membuat pasas sang anjing untuk mau membukakan pintu kandang. kancil mulai bercerika lalo dia besok pagi akan diajak pak tani berkeliling kerumah warga, sontak sang anjing tidak terima disandingkan dengan peliaraan baru seperti kancil.
Oleh kerena itu sangkanci berpuran pura baik kepada anjing untuk membujuk pak tani agar tidak melakukan hal tersebut dengan syarat si anjing mau menemeni tidurnya dikandang. "baiklah kalo itu permintaan mu" kemudian sang anjing pun mebukakan kandang tersebut, dengan bergegas kancil keluar dan melarikan diri. aning baru tersadar ketika kancil sudah menghilang.
Dari dongeng ini lah yang menjadikan cerita inspiratif bagi para pelaku yang sering memanfaatkan lahan basah (pemerintahan). Mereka amat akrab terhadap semua hilir-mudik peraturan dan mengerti dimanapun celah yang bisa dimanfaatkan. Demi memenuhi kantong pribadi para pemegang kekuasaan ini sudah tak benyak memperhitungkan lagi hukuman apa yang pantas diterimanya.
Belum ada kepantasan karena pemerintah sendiri masih berdandan, mencari mana yang pantas diterapkan tanpa ada politik money dibelakangnya. Pemerintahan mungkin dianggapnya lahan pak tani yang menyediakan berbagai macam kemakmuran didalamnya. tidak hanya itu mengaca saja dari bangku-bangku yang diduduki para pejabat wakil rakyat sampai yang dari akar permulaan dari mana mereka menjabat, yaitu partai politik. hasil yang menggiurkan sudah mulai nampak dari sana. karena parpol bagaikan ladang subur yang selalu diberi pupuk oleh
pemerintah trutama menjelang pemilu.
Kurangnya trasparasi anggaran biaya yang dikeluarkan serta maraknya partai politik yang suka melakukan penyadapan biaya demi kepentingan internalnya saja sangat rentan terhadap penyalah gunaan dana dari pemerintah. hal tersebut hanyalah dipandang sebagai alih-alih masalah saja, tanpa memutus kesepakatan untuk menentukan jalan keluarnya.
Dalam Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah
(RUU Pilkada) yang tengah dibahas di Panitia Kerja DPR, isu pembatasan
dana kampanye bahkan tidak masuk poin krusial yang dibahas. Jangan-jangan
parpol memang tidak menginginkan pembatasan tersebut karena boleh jadi mereka
justru ingin menjadikan pemilu kada sebagai ajang mencari duit. (Editorial Media Indonesia Metro Tv)
Hal ini lah yang melahirkan semakin banyak kancil-kancil yang cerdik, dan menjadi hama bagi kesejahteraan masyarakat. Serta sangat sulit untuk memberantasnya karena dari pemerintah sendiri belum melakukan ketegas peraturan untuk mengatasi hal tersebut.