Jumat, 08 November 2013

gara-gara ti pi

siaran televisi pagi ini membuat heboh seisi ruang keuarga. Daput terliht sepi dan kosong tak berpenghuni tinggal suara air mendidih diujung ruangan diatas kompor.

"ini si bibi mana, pisau dapur masih tergeletak diatas meja, kompor masih dibiarkan menyala. Untung bukan lagi goreng-goreng kerupuk, bisa berubah jadi zombi ntar..hehe." "zara sama wildan sudah pada berangkat sekolah bik?"
"hening" tak ada sautan
"lagi nonton apa sih serius banget."
membuat saya penasaran untuk mampir diruang tengah.
"owalah lagi ngegosip, g mau ketinggalan"

Pemberitaan media, infotaiment khususnya seperti penyihir yang bisa membikin rang lupa dan memperdayainya untuk tak dapat melewati acara ini, rating paling tingggi karena sering membikin heboh ibu-ibu runah tangga.dijadikan referensi gosip paling up to date.

"bodoh sekali sudah tau begitu kok ya masih dipilih, wong saya saja masih pilih-pilih kalo sudah tau bejatnya begitu. lelaki cuma pandai ngomong!!" tiba-tiba sang bibi ngoceh sendiri.

"kenapa to bik?" sahut ku dari belakang menyusul ikut duduk disampingnya.

"itu lo, acara tipi. kayaknya artis tu piter-pinter ya? tapi kok masih saja mudah dibodohinya? udah tau itu laki pengen dia cuma mau numpang tenar. dengan janji akan kesejahterakan setelah menikah, tapi cuma fiktif janjinya. trus yang ngakunya masih muda dan berpendidikan, eh kok ngomongnya masih belepotan begitu. ni bibik aja yang nggak sekolat tinggi tau kalo itu orang cuma bergaya, ngomongnya ngawur."

"emm.." jawabku sambil ,emngnggukkan kepala pura-pura tahu.

"nah yang prahnya lagi sekarang ini, sebelum hari H pertunangan mereka, si tonga ni ketahuan kalo sudah beristri. krena ada pengakuan dari orang yang tiba-tiba bawa kartu nikah ke media, tanda tidak terimanya atau cuma numpang eksis dimedia tak urusan lah". "tuh kan disiarkan lagi, itu orang yang dari tadi saya ceritakan neng, tapi saya agak lupa nama-nama dari mereka.. ehe" ketawanya ringan sembari menunjukan jarinya kearah tv, merasa ungkapanya barusan tidak mengada-ngada.

"owalah beritanya ini to, biangnya yang bikin rumor, yang sekarang lagi dijadiin trend
gaya bahasa morat-marit trus pada diikutin orang-orang bicara bik dikampus. bergaya sok intelek tapi ora pas penggunaanya."

Media memang tak bisa menipu, menyeret khalayak supaya terperdaya sehingga membuatnya kecanduan untuk tetap mantengin tv, supaya tiak ketinggalan beria katanya.

tengak-tengok kearah dapur, dan hidungnya kembang kempis nencari-cari ada aroma aneh tidak di balik sana. mungkin si bibik ingat sedang meningglkan sesuatu.

"tidak bau gosong kan ya?"
"tidak bik sudah saya matikan tadi kompornya. lagian kok ya sampe lupa, ninggalin api nya la begitu aja. airnya juga sudah saya piadahkan di termos, sudah mendidih tadi."
"bagus anak pnter," sambil mengacak-acak rambut ku kemudian pergi kedapur melanjutkan gaweanya.

***
"bik pamit saya berangkat kampus dulu"
" ya ati-ati, buruan udah jam segini tu, ntar telat"
"he.. iya" tanda mengerti kalo kalo si bibi sudah ata kebiasaan ku.

Pagi cerah, bolak-balik bepapasan dengan berbagai macam aktifitas manusia. kendaraan ramai memenuhi setia ruangan.
"negri ini negri yang amat sibuk" "sungguhan atau tidak mana tahu" garutu ku sambil tak ingin memikirkanlebih.

pos ronda yang memang selalu ramai jadi tempat tongkrongan bapak-pabak ini memang selalu begini, lain sebutan tempat bapak-bapak ngegosip. santai sembari menyerutup secangkir kopi dan beberapa puntung rokok yang sdah memenuhin asbak. seperti tak memikirkan sesuap nasi untuk nanti sore. bisa jadi memang mereka sudah kaya, dan sudah berkecukupan tanpa harus mengajuh becak-becak pengangguran ditepi jalan sana. mulut menunggu berbusa barulah mereka diam kirannya untuk memberikan komentar terhadap atasan yang selalu seenaknnya saja menyadap duitnya rakyat.

"lagi-lagi penegak hukum tertangkap dengan sindikat penggelapan dana talangan haji"
"makin ngeri katanya penegak hukun tapi kok nyatanya saji gelap hukum. dipikir kebal dari hukuman kali tu"
"ironisnya ini dana talangan haji, wong wes ngerti dana kanggo ibadah kok masih aja di korupsi. wes ra wedi doso tenan"

sahut menyahut perbicangan mereka yang terdengar, ketika saya lewat didepannya. saking seriusnya obrolan itu sesampai tak menghiraukan sapaan yang terlontar sebagai aplikasi sopan santun yang diajarkan oleh bibi ketika lewat didepan orang tua.

sebenarnya dalam hati saya selalu bertanya, orang tua macam apa mereka, inginnya dihormati saja namun ketika diberikan penghormatan kok tidak ada respon balik yang baik untuk kita. ya setidaknnya mengajarkan kebaikan, tapi ya suda lah memang dasarnya seperti itu.

***
perjalanan kampus terasa lebih jauh dari biasanya. Akibat kuping yang tak bisa tertutup senditi ketika ada orang yang sedang berunding dan mata yang selalu meihat ketika berbagai kejadian aneh melintasi mata mereka.

seperti anak-anak SD yang bermain riang dilapangan ketika jam istirahatnya. Dua anak yang menjadi perhatian ku saat itu. "Sepertinya kurang baik mereka" pikir ku.
anak laki-laki dan perempuan ini seperti sedang berlatih drama, tapi tak seperti mereka sedang acting, karena di depannya tak ada satupun kamera.

"aku nggak mau pokoknya kalo kamu dekat-dekat sama lia" katanya sembari pasang muka cemberut dan membalik kan badan menatapkan punggungnya kepada anak laki-laki tersebut.
"terus, aku mesti gimana, sudah jelas kita kan teman."

"ckck anak-anak sekarang sudah pada pinter main-main sama hati. krban tontonan tv yang nggak mengenal batasan usia. sudah tau jamnya anak-anak yang nonton tapi suguhnnya tontonan buat dewasa. gimana nggak cepet gede meraka pikirannya" kataku kecil.

Ya begini lah lucunnya negri ini, masih belum bisa memilih dengan dalih ini layanan pendidikan, ini pusatnya informasi, ini hanya ajang hiburan saja bla bla dan masih banyak alasan lagi. siapa pembuat ini semua? gara-gara tv?  lalu siapa yang salah?? entahlah ini semua tak bisa disalahkan. Semuanya itu tergantung bagaimana orang yang menangkapnya, menjadikan buruk atau baik itu piihan. ini semua sekedar settingan, dan orang tua teruslah mengarahkan.

"eh.."

Tak sengaja ku tengok jam ditangan, dan menampilkan anggka 10:33. langsung bergegas mempercepat langkah menuju kampus yang perlu waktu 5 menit lagi baru sampai.dan itu sebab sudah telat 3 menit untuk masuk ruangan kelas.


tv syndrome

Tidak ada komentar:

Posting Komentar